Wah excited sekali dia ketika pertamakali akan
mengikuti sebuah organisasi. Tanpa mengetahui apa saja konsekuensinya baik
negatif atau positif nya. Bahkan saat itu dia pribadi yang hanya mengetahui
secuil dasar tentang apa itu organisasi mengajak teman lainnya untuk ikut
bersama berlayar dalam organisasi itu. Tahap demi tahap ia jalani guna masuk
dan dapat diterima sebagai salah satu dari bagian organisasi itu. Tanpa
diketahui ternyata langkah awalnya dirinya harus mengorbankan 1 hari dari
tujuan awal ia yang raih dengan
segalanya. Yakni 1 hari waktu perkuliahan. Ya,memang anak itu merupakan seorang
yang fanatik terhadap sebuah nilai dari suatu pendidikan bahkan sangat
perhitungan. Namun apa daya,dirinya yang pada saat itu sangat penasaran dan
ingin mencoba memasuki dunia organisasi untuk pertama kalinya ia lewati satu
hari yang seharusnya digunakan untuk perkuliahan hanya untuk memenuhi
persyaratan agar diterima dalam sebuah organisasi. Dilewatinya seluruh
rangkaianya dan sampai pada sebuah keputusan bahwa ia telah masuk diterima
bahkan mungkin "diakui".
Ya,setelah itu mulailah segala sesuatunya dalam
organisasi. Perkumpulan pertama kedua ketiga dan seterusnya. Hingga sebuah
kumpulan itu layaknya koran yang dihantarkan tiap pagi. Berbagai aturan di
dalamnya tak terasa telah mengikat dirinya. Hingga pada suatu saat kerap anak
itu merenungkan segala sesuatu yang telah ia jalani ini. Apakah ini semua benar?
Atau ada sesuatu yang tidak pada tempatnya?
Keraguan yang terus menerjang hati dan pikiran
terjadi. Pada akhirnya hal macam itu ia jalani tak jarang dengan berat
hati,keluar dari selimut tuk jalani sesuatu yang telah merantai diri. Ya,itu
dia sesuatu yang baru bagi diri. Dalam sebuah galaksi baru ikut menjadi
penghuni di dalamnya. Anak itu hadir walau tak bisa dipungkiri betapi beratnya
hati hingga kerap kali absen.
Intelektual,gestur bicara bahkan habbit yang ada
dalam pribadi penghuni galaksi itu tak jarang membuatnya terpana. Sehingga hal
tersebut menjadi salah satu ghirah baginya untuk mengikuti "galaksi"
itu. Memang alasan pertama ia masuk ke dalamnya yakni karena salah seorang yang
membuatnya termotivasi untuk menjadi sepertinya. Pertama kali ia melihat nya
terpautlah hatinya padanya. "Jika ada kesempatan saya ingin menjadi
sepertinya, mengetahui rahasia-rahasianya, trik-trik nya hingga ia bisa sampai
tingkat seperti itu." Ungkap anak itu dalam lubuk hatinya.
"Cakrawala itu sungguh tinggi tak bisa digapai
oleh sembarang insan." "Membuka cakrawala dalam pikiran kita tidak
semudah membalikkan telapak tangan." Ya,ia berkutat dengan pikirannya
tentang rencana yang ingin ia realisasikan. "Ku amati terus penggagas
"cakrawala" dalam benakku itu. Bahkan tak sedikit dari kata-katanya
yang ku kantongi." Ucapnya.
Kembali kepada
kegusaran yang dialami anak itu,dimana ia telah menginjak umur yang cukup
dewasa akan tetapi masih labil akan kehidupan yang dijalaninya. Mengapa
seorang yang akan beranjak tua ini masih belum bisa pula mengukuhkan
pendiriannya? Apakah ada yang salah dengan jalan berpikirnya? Apakah ia terlalu
bergulung dengan selimut kenyamanan dunia sehingga semu dimatanya realitas yang
terjadi di alam fana ini?
Ya,benar kegusaran hati kerap bersarang entah
mengapa selalu menjadi bayangan dalam ruang waktu insannya."Pengecut
rasanya diri ini serasa menafikan hal yang telah menjadi sumpah. Kata-kata
ikrar telah ia ucapkan semasa menjalani "pelantikan" sebagai seorang
yang dinamakan"anggota".
Sebagai seorang insan yang ingin sukses sudah
seharusnya tidak ada libur yang abadi dimana hal itu seharusnya menjadi ranah
proses yang cerdas. Nihil tak dapat dipungkiri tatkala hawa nafsu dan belenggu
makhluk hina singgah (Naaudzubillah). Godaan yang kerap tak kuat tuk ditolak
yakni "malas".
"Tak
masuk akal kau yang akan beranjak tua itu masih tak tahu bagaimana membakar
rasa malas dalam diri?"
"Hah,apa
guna menjadi seorang yang berada dalam sebuah galaksi yang "mewah"
(besar & ternama) apabila kau masih tak becus seperti ini?"
"Hey,apa
yang dimaksud penulis ini?"
"Apa
ia "gila" sejenak?"
"Omong
kosong"
"Dia
hanya ingin berbicara mengenai dirinya sendiri,biarkanlah angin menerbangkan
kalimatnya kepada seseorang yang berkenan."
"Angin? puitis sekali kau. Mungkin maksudnya
alam ghaib yang disebut internet."
Comments
Post a Comment