Skip to main content

Stigma : Chapter 1; The Beggining Of The Nonsense


Wah excited sekali dia ketika pertamakali akan mengikuti sebuah organisasi. Tanpa mengetahui apa saja konsekuensinya baik negatif atau positif nya. Bahkan saat itu dia pribadi yang hanya mengetahui secuil dasar tentang apa itu organisasi mengajak teman lainnya untuk ikut bersama berlayar dalam organisasi itu. Tahap demi tahap ia jalani guna masuk dan dapat diterima sebagai salah satu dari bagian organisasi itu. Tanpa diketahui ternyata langkah awalnya dirinya harus mengorbankan 1 hari dari tujuan awal ia yang  raih dengan segalanya. Yakni 1 hari waktu perkuliahan. Ya,memang anak itu merupakan seorang yang fanatik terhadap sebuah nilai dari suatu pendidikan bahkan sangat perhitungan. Namun apa daya,dirinya yang pada saat itu sangat penasaran dan ingin mencoba memasuki dunia organisasi untuk pertama kalinya ia lewati satu hari yang seharusnya digunakan untuk perkuliahan hanya untuk memenuhi persyaratan agar diterima dalam sebuah organisasi. Dilewatinya seluruh rangkaianya dan sampai pada sebuah keputusan bahwa ia telah masuk diterima bahkan mungkin "diakui". 
Ya,setelah itu mulailah segala sesuatunya dalam organisasi. Perkumpulan pertama kedua ketiga dan seterusnya. Hingga sebuah kumpulan itu layaknya koran yang dihantarkan tiap pagi. Berbagai aturan di dalamnya tak terasa telah mengikat dirinya. Hingga pada suatu saat kerap anak itu merenungkan segala sesuatu yang telah ia jalani ini. Apakah ini semua benar? Atau ada sesuatu yang tidak pada tempatnya?
Keraguan yang terus menerjang hati dan pikiran terjadi. Pada akhirnya hal macam itu ia jalani tak jarang dengan berat hati,keluar dari selimut tuk jalani sesuatu yang telah merantai diri. Ya,itu dia sesuatu yang baru bagi diri. Dalam sebuah galaksi baru ikut menjadi penghuni di dalamnya. Anak itu hadir walau tak bisa dipungkiri betapi beratnya hati hingga kerap kali absen.
Intelektual,gestur bicara bahkan habbit yang ada dalam pribadi penghuni galaksi itu tak jarang membuatnya terpana. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu ghirah baginya untuk mengikuti "galaksi" itu. Memang alasan pertama ia masuk ke dalamnya yakni karena salah seorang yang membuatnya termotivasi untuk menjadi sepertinya. Pertama kali ia melihat nya terpautlah hatinya padanya. "Jika ada kesempatan saya ingin menjadi sepertinya, mengetahui rahasia-rahasianya, trik-trik nya hingga ia bisa sampai tingkat seperti itu." Ungkap anak itu dalam lubuk hatinya.
"Cakrawala itu sungguh tinggi tak bisa digapai oleh sembarang insan." "Membuka cakrawala dalam pikiran kita tidak semudah membalikkan telapak tangan." Ya,ia berkutat dengan pikirannya tentang rencana yang ingin ia realisasikan. "Ku amati terus penggagas "cakrawala" dalam benakku itu. Bahkan tak sedikit dari kata-katanya yang ku kantongi." Ucapnya.
Kembali kepada kegusaran yang dialami anak itu,dimana ia telah menginjak umur yang cukup dewasa akan tetapi masih labil akan kehidupan yang dijalaninya. Mengapa seorang yang akan beranjak tua ini masih belum bisa pula mengukuhkan pendiriannya? Apakah ada yang salah dengan jalan berpikirnya? Apakah ia terlalu bergulung dengan selimut kenyamanan dunia sehingga semu dimatanya realitas yang terjadi di alam fana ini?
Ya,benar kegusaran hati kerap bersarang entah mengapa selalu menjadi bayangan dalam ruang waktu insannya."Pengecut rasanya diri ini serasa menafikan hal yang telah menjadi sumpah. Kata-kata ikrar telah ia ucapkan semasa menjalani "pelantikan" sebagai seorang yang dinamakan"anggota".
Sebagai seorang insan yang ingin sukses sudah seharusnya tidak ada libur yang abadi dimana hal itu seharusnya menjadi ranah proses yang cerdas. Nihil tak dapat dipungkiri tatkala hawa nafsu dan belenggu makhluk hina singgah (Naaudzubillah). Godaan yang kerap tak kuat tuk ditolak yakni "malas".
"Tak masuk akal kau yang akan beranjak tua itu masih tak tahu bagaimana membakar rasa malas dalam diri?"
"Hah,apa guna menjadi seorang yang berada dalam sebuah galaksi yang "mewah" (besar & ternama) apabila kau masih tak becus seperti ini?"
"Hey,apa yang dimaksud penulis ini?"
"Apa ia "gila" sejenak?"
"Omong kosong"
"Dia hanya ingin berbicara mengenai dirinya sendiri,biarkanlah angin menerbangkan kalimatnya kepada seseorang yang berkenan."

"Angin? puitis sekali kau. Mungkin maksudnya alam ghaib yang disebut internet."

Comments

Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Islam

Metodologi Penelitian | Studi Pendahuluan

Resume: Kedudukan Studi Pendahuluan (SP) Oleh: Alya Azzahra Furqon Source:  https://i.pinimg.com/280x280_RS/22/1a/0b/221a0b9d4f716ccfb5d906cf232ec3e4.jpg Studi pendahuluan adalah kajian yang dikeluarkan oleh seorang peneliti di lokasi penelitian untuk mencari permasalahan-permasalahan yang dapat diteliti mengenai fenomena-fenomena yang ada. Cara melakukan studi pendahuluan:  1. Dengan observasi langsung ke lapangan 2. Dengan wawancara terhadap guru atau orang-orang yang berpengaruh di tempat tersebut. Urutan dalam penyusunan Studi Pendahuluan: Setelah melakukan SP akan mendapatkan sebuah data lalu menginventarisir data tersebut lalu mengklasifikasikannya untuk nanti difokuskan, bagian mana yang akan dijadikan fokus penelitian. Untuk PAI, permasalahn yang berkaitan itulah yang menjadi fokus utama yang akan ditelti. baik PAI di rumah, sekolah maupun di masyarakat. Bekal yang paling utama dalam melakukan Studi Pendahuluan: 1. Teori 2. Kemampuan menganalisis, menerapkan teori ters...

Berakhirnya tak terasa 23'04'19

Menyesal atau tidak? Menolak tuk disesali Segala yang telah digerogoti waktu Hangus terbakar bak abu Terhempas angin menjadi tak kasat mata Penyesalan menampar mu diakhir Layaknya cambukan menghantam kulit Terasa begitu menyanyat Sampai hati terasa goresan itu Kusimpan jauh dilubuk hati Berharap takan pernah terulang Hal yang ingin kucapai mustahil tanpa keteguhan hati .

Tamu Dikala Menimba Ilmu

Tamu Dikala Menimba Ilmu Karya : Alya Azzahra Furqon Bukan bermaksud memanjakan para pembaca akan retorika sastra Karena aku bukanlah seorang sastrawan yang ahli sastra Hanya ingin mengulas tinta pada papan kehidupan Berharap ada yang melihat goresan kuas atas keputusasaan Tiada hidup tanpa ilmu Tiada hidup tanpa pendidikan Dikala aku sedang bercumbu dengan ilmu Kerap kali banyak yang bertamu Dikala aku sedang bergumulan dengan pendidikan Kerap kali setan-setan berdatangan Alam fana sungguh penuh godaan Kenyataan ubah menjadi anekdot Karikatur yang dipertuhankan rakyat Ubah menjadi karakter yang nyata Aku mencoba menghipnotis diri Agar setan-setan tak datang bertamu Saat diri sedang asyik dengan ilmu-ilmu Bersimpuh diri ini Agar yang kuasa selalu melindungiku Dari dahsyatnya api dunia Hingga akhir hayat debu ini kembali menghadaMu Yang Maha Kuasa Berharap syurga menjadi tempat abadiku yang terakhir kali. ~ 05.45 ~ ~ 101020 ~