Keorganisasian : Skeptisisme Yang Fatal
Oleh : Alya Azzahra Furqon
e-mail : alyaazzahra2121@gmail.com
Teruntuk para pembaca yang awam akan keorganisasian, ditulis oleh penulis yang dahulu buta akan keorganisasian. Sebagai prasyarat menjadi seorang Intelegensi Periode 2019-2020. Kawan, hati-hatilah akan organisasi karena dahsyatnya pengaruh yang kelak akan melekat pada dirimu. Baik buruknya niscaya akan menjadi tanggunganmu yang tak terelakkan. Sebagian besar tulisan di artikel ini berdasarkan apa yang telah dialami penulis.
Perihal tentang organisasi itulah yang disebut dengan keorganisasian dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Dewasa ini organisasi dan mahasiswa bisa dibilang sebagai 2 perpaduan yang amat dahsyat bahkan sejak era sebelum kemerdekaan para pejuang Indonesia yang kebanyakan pelajar dan mahasiswa telah bernaung dibawah sebuah organisasi. Di masa itu organisasi berperan sebagai rumah bagi para pemuda yang iklhas mewakafkan jiwa raga dan tenaganya guna merancang konsep kemerdekaan Indonesia. Bahkan kaum tua pun ikut berpartisipasi dan sudah melekat dengan keorganisasian. Akan tetapi tidak hanya sebelum kemerdekaan saja mereka eksis dalam keorganisasian. Setelah Indonesia merdekapun, para pemuda-pemudi khususnya mahasiswa diharapkan eksistensinya dalam membangun Indonesia yang lebih maju. Bahkan tokoh-tokoh yang ada di Indonesia ini mulai dari para pahlawan nasional, para pemuda-pemudi hingga orang nomor satu di Nusantara ini. Mereka semua merupakan salah satu kader dari banyak organisasi yang ada di Indonesia dan tak sedikit dari mereka yang masih menjaga keeksistensiannya dalam organisasi. Namun, sekarang banyak mahasiswa yang terkontaminasi oleh kultur modern yang menyimpang. Tak jarang mahasiswa yang belum melaksanakan tanggung jawabnya, dimana mahasiswa sekarang cenderung berorientasi hanya pada akademik. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat memilukan sekaligus sindiran kepada penulis yang bisa dibilang "fanatik" terhadap kuantitas akademik. Berikut ini sekilas akan organisasi yang akan penulis paparkan.
Perihal tentang organisasi itulah yang disebut dengan keorganisasian dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Dewasa ini organisasi dan mahasiswa bisa dibilang sebagai 2 perpaduan yang amat dahsyat bahkan sejak era sebelum kemerdekaan para pejuang Indonesia yang kebanyakan pelajar dan mahasiswa telah bernaung dibawah sebuah organisasi. Di masa itu organisasi berperan sebagai rumah bagi para pemuda yang iklhas mewakafkan jiwa raga dan tenaganya guna merancang konsep kemerdekaan Indonesia. Bahkan kaum tua pun ikut berpartisipasi dan sudah melekat dengan keorganisasian. Akan tetapi tidak hanya sebelum kemerdekaan saja mereka eksis dalam keorganisasian. Setelah Indonesia merdekapun, para pemuda-pemudi khususnya mahasiswa diharapkan eksistensinya dalam membangun Indonesia yang lebih maju. Bahkan tokoh-tokoh yang ada di Indonesia ini mulai dari para pahlawan nasional, para pemuda-pemudi hingga orang nomor satu di Nusantara ini. Mereka semua merupakan salah satu kader dari banyak organisasi yang ada di Indonesia dan tak sedikit dari mereka yang masih menjaga keeksistensiannya dalam organisasi. Namun, sekarang banyak mahasiswa yang terkontaminasi oleh kultur modern yang menyimpang. Tak jarang mahasiswa yang belum melaksanakan tanggung jawabnya, dimana mahasiswa sekarang cenderung berorientasi hanya pada akademik. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat memilukan sekaligus sindiran kepada penulis yang bisa dibilang "fanatik" terhadap kuantitas akademik. Berikut ini sekilas akan organisasi yang akan penulis paparkan.
Chester Bernard dalam bukunya The Function of The Excexutive mengemukakan, Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dan Miftah Thoha dalam bukunya "Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya" mengemukakan, Organisasi merupakan sistem kerja sama yang berstruktur guna mencapai tujuan bersama.” Wikipedia, bahasa Yunani Organon, yang berarti alat. Sedangkan pengertian yang kerap kali terdengar tentang organisasi yakni organisasi sebagai wadah, proses dan alat.
Melalui Institutional Theory adalah terbentuknya organisasi dikarenakan tekanan lingkungan institusional yang menyebabkan terjadinya institusionalisasi. Dengan satu tujuan yang sama yakni kemerdekaan maka dibentuklah organisasi-organisasi oleh para pemuda Indonesia saat itu. Zukler (1987) dalam Donaldson (1995), menyatakan bahwa ide atau gagasan pada lingkungan institusional yang membentuk bahasa dan simbol yang menjelaskan keberadaan organisasi dan diterima (taken for granted) sebagai norma-norma dalam konsep organisasi. Maka dari itu hampir semua kalangan masyarakat Indonesia berpatisipasi dalam organisasi-organisasi yang dibentuk pada masa sebelum kemerdekaan. Tidak hanya karena alasan kemerdekaan saja organisasi itu dibentuk dan dijalankan, setelah merdeka pun banyak organisasi yang menyerukan akan kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.
Organisasi sebagai wadah merupakan suatu wahana kegiatan yang mencerminkan bahwa organisasi merupakan tempat beraktivitas seperti manajemen dan kepemimpinan yang berstruktur. Soewarno Handayaningrat (1980:42) memberikan penjelasan organisasi sebagai wadah yang sifatnya statis, karena setiap orang dalam wadah itu harus jelas tugas, wewenang dan tangggung jawabnya serta hubungan dan tata kerjanya.
Kemudian organisasi sebagai proses, lebih tepatnya proses dalam pembagian kerja. Yang nantinya akan diadakan pembagian kerja sesuai bidang yang diminati dari masing-masing anggota untuk terealisasikannya suatu tujuan. Agar terwujudnya suatu tujuan, diharuskan adanya kontribusi dan interaksi antar anggota. Maka dari itu keharmonisan antara superior dengan subordinasi sangatlah dibutuhkan. Louis Allen (1958) dalam bukunya Management an Organization. mengemukakan tentang perlunya pembagian kerja sebagai berikut : Kami dapat merumuskan organisasi sebagai proses menetapkan dan mengkelompok-kelompokan pekerjaan yang akan dilakukan merumuskan dan melimpahkan tanggung jawab dan wewenang serta menyusun hubungan-hubungan dengan maksud untuk memungkinkan orang-orang bekerja sama secara paling efektif dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Dari interaksi yang dilakukan antar anggota dapat terjadi interaksi formal dimana satu sama lain saling mendiskusikan problematika dalam merangkai acara ataupun lainnya serta interaksi nonfromal dimana hal tersebut terjadi secara otomatis dengan kebutuhan yang ada dan akan menuntut satu sama untuk saling berkomunikasi bahkan dikemudian hari.
Organisasi sebagai alat. Organisasi sebagai suatu alat untuk mencpai tujuan. Dibentuknya sebuah organisasi dikarenkan adanya satu kesamaan tujuan serta visi misi yang dicanangkan sehingga akan lebih baik ketika orang-orang tersebut saling terikat dan berada dibawah naungan yang sama guna meringankan, mengefektifkan, mengefisiensikan dan mengoptimalkan tujuan yang hendak dicapai bersama. Gibson et al (1993:3) dalam kaitannya dengan tujuan maka organisasi itu mengejar tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dapat dicapai secara lebih efisien dan lebih efektif dengan tindakan yang dilakukan secara bersama-sama. Dapat kita tarik kesimpulan bahwa segala sesuatu akan terasa mudah dicapai ketika dilakukan bersama-sama.
Jadi, apakah sebuah kewajiban bergabung dalam organisasi bagi para mahasiswa ? Dilansir dari IDN TIMES terdapat 5 alasan mengapa seorang mahasiswa harus mengikuti minimal satu organisasi, diantaranya :
Pertama, melatih softskill. Teman-teman yang benar-benar buta akan organisasi mungkin sempat berfikir seperti ini "Untuk apa memasuki dunia yang seperti itu, toh tujuan utama saya datang ke kota orang bukan untuk hal yang seperti itu, toh kewajiban saya hanyalah menuntaskan pembelajaran dalam kelas yang dimana hal tersebut bagi saya pribadi cukup sulit untuk dilakukan secara lancar." Bahkan sempat terlintas dalam pikiran penulis "Untuk apa saya memasuki dunia seperti ini, ketika dimana kewajiban yang patut saya jalani terhempas begitu saja, untuk pertama kalinya saya tinggalkan satu hari perkuliahan tuk penuhi prasyarat sebagai salah satu anggota dari organisasi yang ada di kampus dan bodohnya saya tak mengatakan kepada kedua orang tua bahwa saya akan izin kelas satu hari karena akan mengikuti organisasi. Kerap kali saya merenungkan kejadian tersebut, benar atau salah yang saya jalani ini, untuk yang pertama kalinya dalam sejarah pendidikan saya masuki dunia "dahsyat" ini dengan sebagian besar hati saya meronta menangisi diri yang tak becus akan sesuatu hal yang dikerjakan. Akan tetapi apa daya ketika diri tak dapat mengelak dari fakta sudah di depan mata. Bahwa pembelajaran itu tidak hanya di belakang meja namun segala sesuatu yang kita lakukan dan hal tersebut menambah wawasan bagi pribadi maka itu pun dinamakan suatu pembelajaran. Softskill. Ya, salah satunya softskil-lah yang bisa kita dapat dalam sebuah organisasi diantaranya mempelajari cara berkomunikasi, mengatur suatu hal dan belajar menjadi pemimpin yang satu persatu dilaksanakan dengan proses nyata dan pastinya akan berguna untuk kehidupan sehari-hari.
Kedua, membangun relasi. Bagi seseorang dengan kepribadian seperti penulis (agak sulit berbaur) hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat baru dimana saya dituntut untuk menemukan seseorang yang saya nyaman bersamanya dalam setiap keadaan. Disini saya belajar mengamati dan memilah seseorang yang dapat saya jadikan role model dalam perkuliahan dan keorganisasian. Tentu saja saya punya pegangan yang sejak jauh-jauh hari sudah saya kagumi keilmuannya. Jadi, dengan terbangunnya relasi yang luas akan membawa dampak positif bagi kehidupan kita.
Ketiga, belajar mengatur waktu. Inilah hal yang menjadi tantangan terbesar saya dan ekspektasi saya kedepannya. Dengan belajar mengatur waktu, kita dapat menjadi orang yang multitasking dan pastinya dapat dipercaya untuk menyelesaikan setiap pekerjaan yang ada. Hal ini dapat menjadi nilai plus dalam diri kita. Belajar mengatur waktu dapat dimulai dengan memiliki planner untuk mencatat setiap aktivitas yang harus dilakukan di hari mendatang. Suksesnya saya akan perkuliahan dan keorganisasian akan terwujud sesuai dengan proses seperti apa yang akan saya jalani 1 tahun kedepan. Hal inilah yang membuat saya terus memberanikan diri untuk melangkah menuju pintu keorganisasian. Pun ketika saya masih netral, telah terasa oleh pribadi betapa sulitnya mengatur waktu dikarenakan terlena akan hal-hal yang bisa dikatakan unfaedah. Disinilah saya berfikr, mungkin lebih baik saya masuk kedalam organisasi yang merupakan dunia nyata dimana akan ada ilmu yang saya dapat untuk mengganti waktu yang saya gunakan untuk hal-hal seperti itu. Dan tujuan saya adalah sukses mengerjakan 2 hal dalam 1 waktu yakni perkuliahan dan keorganisasian. Jangan sampai ada salah satu di antara perkuliahan dan organisasi yang dikorbankan. Namun apa daya ketika hal tersebut masih belum bisa saya terima sepenuhnya, dengan prioritas diri yang tetap mengacu pada perkuliahan serta kefanatikan akan akademik. Dengan motto Jangan sampai hal-hal diluar kewajiban menghambat perkuliahan. Dan keteguhan hati akan inginnya keseimbangan antara ke dua hal tersebut, semoga penulis dan para pembaca dapat mengambil keputusan yang paling tepat.
Keempat, memiliki pengalaman bekerja dalam tim. Seseorang akan mengerti bagaimana caranya menghadapi berbagai jenis sifat manusia yang disatukan dalam sebuah organisasi. Belajar untuk lebih toleransi dan mengerti satu sama lain sehingga semuanya nyaman dalam satu atap yang sama.
Kelima, mendapatkan pengalaman interview. Memasuki dunia organisasi yang dimana salah satu prasyarat nya interview berbagai materi wajib. Pengalaman itu akan membuat kita lebih rileks dan mengetahui alur interview untuk memasuki dunia kerja nantinya. Kita juga bisa mengetahui bagaimana cara menjawab beberapa pertanyaan dengan baik dan apa saja yang sering ditanyakan ketika interview.
Demikian karya tulis yang dapat saya hantar. Besar harapan saya agar dapat mengikuti Kepengurusan HMJ Intelegensi 2019-2020. Sehingga ekspektasi saya terwujud.
~ Succes is a journey. Not a detination ~
Comments
Post a Comment